Karya tersebut dibagi menjadi lima buku dan terdiri dari syair dan prosa. Buku I adalah semacam pengantar. Pada bagian pengantar ini tentang filosofi yang disajikan kepada Boethius dalam bentuk seorang ibu rumah tangga agung yang datang untuk menghiburnya dalam kondisi menyedihkan di mana dia mendapati dirinya, diasingkan dan dipenjara, bukan karena kesalahannya, tetapi karena dia menginginkannya. untuk melanjutkan kebenaran dan keadilan. Karakter biografis dan pribadi ini memberi buku itu keaktifan dan rasa kebenaran yang dibuat oleh pembaca dalam beberapa hal sebagai miliknya. Dalam buku II, filsafat membuat Boethius melihat kebahagiaan tidak terdiri dari barang-barang keberuntungan, yang dapat diubah dan kedaluwarsa, dan karenanya terancam hilang. Kebahagiaan harus terdiri dari suatu kondisi yang mengecualikan rasa takut semacam ini dan mencakup semua barang yang membuat manusia cukup dengan sendirinya. Buku III justru berisi teori kebahagiaan yang dipahami demikian. Ini tidak bisa terdiri dari kekayaan, atau tugas, atau kehormatan, atau kemuliaan, atau kesenangan. Tak satu pun dari ini adalah kebaikan tertinggi, kebaikan terbaik dari semuanya dan yang membuat manusia mandiri, mandiri. Tetap saja kebahagiaan itu terdiri dari Tuhan sendiri, kebaikan tertinggi dan makhluk paling sempurna. Oleh karena itu, Tuhan adalah asal mula semua makhluk dan dasar kebahagiaan manusia sejati.Buku IV membahas bagaimana Tuhan, Yang Maha Baik, mengatur dunia, dan mengungkapkan ajarannya tentang providensia dan Nasib. Providence adalah rencana kecerdasan ilahi dalam tatanan dunia. Nasib adalah tatanan yang ditentukan oleh rencana ini di dunia. Semuanya bergantung pada satu rencana tunggal dan sederhana dari Penyelenggaraan ilahi. Buku V mencoba memecahkan masalah yang muncul dari konsep Providence dan takdir ini. Providence dan takdir tampaknya pada pandangan pertama mengecualikan kebebasan. Tanggapan Filsafat terhadap masalah kebebasan adalah bahwa, jika Tuhan melihat segala sesuatu, dia tidak melihat segala sesuatu harus terjadi. Di dalamnya tidak ada masa lalu maupun masa depan dan sainsnya adalah pengetahuan total dan simultan dari semua peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam waktu. https://espanol-indonesio.traductor.com.ar/traduccion6/503548-la-obra-esta-dividida-en-cinco-libros-y-compuesto-en-versos-y-prosa-el-libro-i-es-una-especie-de-int

La obra está dividida en cinco libros y consta de poesía y prosa. El libro I es una especie de introducción. En esta sección introductoria su filosofía se presenta a Boecio bajo la forma de un ama de casa regia que viene a consolarlo en las miserables condiciones en que se encuentra, exiliado y encarcelado, sin culpa suya, sino porque así lo desea. para continuar con la verdad y la justicia. Este carácter biográfico y personal le da al libro una vivacidad y un sentido de la verdad que el lector hace suyo en cierto modo. En el libro II, la filosofía lleva a Boecio a ver que la felicidad no consiste en cosas auspiciosas, que pueden cambiar y caducar, y por lo tanto corren peligro de perderse. La felicidad debe consistir en una condición que excluya el miedo de este tipo e incluya todos los bienes que hacen al hombre autosuficiente. El libro III en realidad contiene la teoría de la felicidad que se entiende de esta manera. No puede consistir en la riqueza, el deber, el honor, la gloria o el placer. Nada de esto es el bien supremo, el mejor bien de todos y el que hace al hombre independiente, independiente. Sin embargo, esa felicidad consiste en Dios mismo, el bien supremo y el ser más perfecto.Dios es por tanto el origen de todas las criaturas y la base de la verdadera felicidad humana.El Libro IV examina cómo Dios, el Todobueno, gobierna el mundo, y revela sus enseñanzas sobre la providencia y la Providencia. La providencia es el plan inteligente divino en el orden mundial. El destino es el orden dictado por este plan en el mundo. Todo gira en torno a un plan único y sencillo de la Providencia. El Libro V intenta resolver los problemas que surgen de estos conceptos de Providencia y destino. La providencia y el destino parecen a primera vista excluir la libertad. La respuesta de la filosofía al problema de la libertad es que, si Dios ve todas las cosas, no ve las cosas como algo que debe ser. En él no hay ni pasado ni futuro y su ciencia es el conocimiento total y simultáneo de todos los acontecimientos que se suceden sucesivamente en el tiempo. https://espanol-indonesio.traductor.com.ar/traduccion6/503548-la-obra-esta-dividida-en-cinco-libros-y-compuesto-en-versos-y-prosa-el-libro-i- es-una-especie-de-int